__i wisatawan dari Jakarta dan sekitarnya yang hilir mudik setiap akhir pekan. Mereka biasa datang dengan kendaraan pribadi pada hari Jumat sore dan pulang hari Minggu Sore.
Berdasarkan yang dilansir dari situs resmi Pemerintah Kota Bogor (24/3), kota yang dilewati dua aliran sungai besar, yaitu Cisadane dan Ciliwung, ini merupakan pusat Kerajaan Pajajaran pada masa lampau.
Di masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau yang juga dikenal dengan Prabu Siliwangi, kerajaan itu berada di puncak kejayaannya dari sekitar tahun 1482 sampai 1521.
Kerajaan Pajajaran nyaris punah lebih dari satu abad lamanya karena diserang pasukan Banten.
Vereenigde Oostindische Compagnie atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) kemudian datang seiring dengan penjajahan bangsa Belanda di Indonesia, dan menjadikan Banten sebagai salah satu daerah kekuasaannya termasuk Bogor pada abad ke-15.
Bogor baru mendapatkan otonominya sendiri dan lepas dari Batavia atau yang sekarang bernama DKI Jakarta, pada 1941.
Di masa penjajahan Belanda, Bogor berdiri dengan nama Buitenzorg. Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang juga menjabat sebagai administrator kolonial Belanda untuk VOC, Gustaaf Willem van Imhoff (1743-1750), mendirikan Istana Bogor yang berfungsi sebagai tempat peristirahatan pada 1740.
Lima tahun setelahnya, nama Buitenzorg berubah menjadi Bogor, lantaran orang pribumi kesulitan melafalkan nama kota berbahasa kompeni.
Di area istana seluas 28,4 hektar itu terdapat ratusan chital -- jenis rusa yang berasal dari Nepal atau India -- yang dulu menjadi "hewan peliharaan" Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811).
Rusa-rusa tersebut pun hingga kini masih terpelihara dengan baik. Setiap akhir pekan, penduduk maupun wisatawan Kota Bogor berkunjung ke pinggir pagar Istana Bogor dekat Jalan Ir. Haji Juanda untuk memberi makan sayur atau buah kepada rusa-rusa tersebut.
Curah hujan yang tinggi sekitar 3.000 sampai 4.000 milimeter per tahun menjadi alasan Bogor disebut sebagai Kota Hujan. Hujan yang sering mengguyur di sana pun menambah rasa sejuk dan segar pepohonan rimbun yang sudah berabad-abad menjaga keasrian kota.
Meskipun seiring berkembangnya zaman jumlah Angkutan Kota (Angkot) semakin bertambah, paru-paru Kota Bogor yakni Kebun Raya Bogor dapat menjadi pilihan untuk menghindari sesaknya polusi asap kendaraan.
Bertamu ke Kota Hujan "Buitenzorg" BogorSuasana kepadatan kendaraan di jalan keluar Tol Jagorawi menuju Jalan Raya Pajajaran arah Tajur, Kota Bogor, di saat akhir pekan maupun menjelang Lebaran. Kebun Raya Bogor dikelilingi empat jalan besar yaitu Jalan Ir. Haji Juanda, Jalan Jalak Harupat, Jalan Padjajaran, dan Jalan Otto Iskandardinata.
Kebun yang dibuat pada 18 Mei 1817 ini mengoleksi bermacam botani langka yang sulit dicari di lain tempat seperti tumbuhan parasit Rafflesia Arnoldii yang sangat terkenal dengan keunikannya. Kelangkaannya membuat bunga yang terancam punah itu dilindungi undang-undang negara Indonesia.
Objek wisata Kota Bogor sesungguhnya bukan hanya Kebun Raya dengan Istana Bogor di dalamnya seperti yang kebanyakan orang ketahui.
Kota yang penduduknya mayoritas bersuku Sunda ini memiliki banyak pilihan wisata sejarah, religi, serta aneka macam kuliner yang lezat dan mengenyangkan.
2023-10-22 |
Dilihat: 3568 x |
500